Sabtu, 10 Oktober 2009

DOWN LOAD YOUTUBE

Utk down load yg mudah gunakan You tube downloader dan frees ALF

Sabtu, 26 September 2009

Cara Download YouTube lewat Firefox :
1. Setelah menjalankan video hingga selesai, sekarang yang perlu anda ketahui adalah lokasi cachenya.
2. Ketik about:cache?device=disk pada browser

3. Setelah mengetahui lokasinya, meluncurlah ke lokasi tersebut.
Contoh : lokasi cache saya adalah D:\FF\Data\profile\cache

Catatan : Lokasi yang saya contohkan ini pasti berbeda dengan hasil yang akan anda dapatkan

4. Setalah itu coba cari pada folder tersebut yang memiliki ukuran file yang besar (biasanya lebih dari 5MB), jika sudah anda temukan, edit nama file dengan menekan F2, dan tambahi .flv.
Contoh : nama file cache saya adalah 2F4A5212d01, agar dapat saya putar saya rename menjadi 2F4A5212d01.flv


5. Pindah file tersebut ke folder lain agar tidak terhapus.



Cara Download YouTube lewat Opera :


1. Setelah menjalankan video hingga selesai lewat Opera, anda perlu mencari tau lokasi cachenya.


2. Ketik opera:config#UserPrefs|CacheDirectory4 pada browser


3. Setelah mengetahui lokasinya, meluncurlah ke lokasi tersebut.

Contoh : lokasi cache saya adalah C:\Documents and Settings\rosyidi\Application Data\Opera\Opera 9\profile\cache4\


Catatan : Lokasi yang saya contohkan ini pasti berbeda dengan hasil yang akan anda dapatkan


4. Setelah itu coba cari pada folder tersebut yang memiliki ukuran file yang besar (biasanya lebih dari 5MB), jika sudah anda temukan, edit nama file dengan menekan F2, dan ubah tmp dengan flv. Contoh : nama file cache saya adalah opr0000Y.tmp, agar dapat saya putar saya rename menjadi opr0000Y.flv

5. Pindah file tersebut ke folder lain agar tidak terhapus.

DOA AYAH


Tuhan jadikanlah anakku,
seorang yang cukup kuat mengetahui kelemahan dirinya
Berani menghadapi dikala takut yang bangga dan tidak tunduk pada kekalahan yang tulus serta rendah hati dan penyantun dalam kemenangan

Oh Tuhan jadikanlah anakku,
seorang yang tahu akan adanya Engkau
& mengerti dirinya sebagai dasar segala pengetahuan

Ya Tuhanku, bimbinglah ia
bukan dijalan yang gampang dan mudah tapi dijalan yang penuh desakan, tantangan dan kesukaran
ajarilah ia agar sanggup berdiri teguh ditengah badai
dan belajar mengasihi mereka yang tidak berhasil

Ya Tuhanku, jadikanlah anakkku
seorang yang berhati suci, bercita-cita luhur sanggup memerintah dirinya, sebelum memimpin orang lain
mengejar masa depan tanpa melupakan masa lalu


Sesudah semua membentuk dirinya

aku mohon ya Tuhan
rahmatilah ia denga rasa humor sehingga serius tak berkepanjangan berilah kerendahan hati, kesederhanaan dan kesabaran

Ini semua ya Tuhan dari kekuatan dan keagungan Mu
jika sudah demikian ya Tuhanku
beranilah aku berkata tak sia-sia aku hidup sebagai Bapaknya By,


Douglas Mac Arthur

Jumat, 25 September 2009

anakku, tepat pada tgl 15 September 2009, pukul 12.35 Wib, ananda lahir kedunia dengan berat 2,9 kg, panajang 50 cm, serta tangisan yang keras, seolah berteriak AKU DATANG!!!!!Ananda mempunyai nama CALISTA ERAL MAKAVIA RAMDHANI, artinya Putri yang cantik saat Ramadhan seindah "eral makavia". Semoga anakku mengerti akan adanya Engkau Ya Allah, mengenal dirinya, mengenal kelemahannya, mengenal kekuatanya, menyayangi sesama, tahan akan semua godaan dan kesulitan sehingga mampu bangkit menjadi manusia berguna bagi keluarga, bangsa dan agamanya. amien

Selasa, 01 September 2009

kisahku

“BLINK”

Ini kisah yang telah lama berlalu, hanya saja, cerita ini banyak memberikan pelajaran bagiku. Selain itu cerita ini dibuat atas “pesanan” temanku di faperta 87 upn Jogja.

Kejadian ini saat bulan Juli 2007, ketika aku sedang mengikuti pendidikan tertinggi Angkatan Darat, alias Seskoad (Dikreg XLV). Sudah biasanya aku pergi berlibur sabtu minggu ke Semarang untuk melihat orang-orang yang kukasihi, anak dan istriku. Walaupun capek, belajar, belajar dan belajar, tapi tak kurasakan, Pokoknya pulang!!!!

Entah mengapa, sejak hari Rabu, aku nerasa ragu untuk pulang ke semarang, sempat aku sms istriku, bahwa perlukah aku pulang?, Memang istriku sudah mengingatkan aku, kalau capek tidak perlu dipaksakan, tapi entah kenapa aku juga tetap ingin pulang, sama kuatnya perasaan ingin pulang dan ragu-ragu untuk pulang. Padahal sampai duduk didepan kemudipun, aku belum mantap hati, tapi karena aku pulang bertiga dengan teman2ku tak kurasakan keraguan itu.

Sampai pukul 23.00 malam tak ada kekuatiran apapun, semua lancar2 saja, temanku satu persatu turun di Cirebon dan Pemalang, bahkan kami sempat makan makan dua kali dalam perjalanan, jadi cukup “freshlah”. Oya terakhir kami makan “nasi grombyang” di Pemalang, lalu kulanjutkan perjalananku sendirian. Itu masalahnya, terlalu banyak makan, kabin be ac dan suara music, kurang bagus untuk tugas menyupir seorang diri. Aku dalam keadaan mengantuk memang!, tetapi aku sudah melihat bahwa ada plang bertuliskan pompa bensin 200m, rencananya aku mau istirahat disana, ternyata Gedubrakhh, mobilku sudah tubrukan dengan truk fuso, awalnya memang aku melihat ada truk didepanku, karena kendaraan itu tidak menggunakan lampu besar, maka aku mengira truk itu searah jalan dengan ku, maklum truk fuso khan ga pake “moncong”, eeh ternyata truknya berlawanan arah, jadi hanya sempat bilang Allahuakbar, tanpa ku rem mobil langsong nyosor si truk tadi itu, walah pastilah yang hancur mobilku.

Aku sadar sepenuhnya pada saat tabrakan dan sesudahnya, Cuma ya agak lambat berfikir jadinya, maklum kepalaku terbentur stir, untungnya aku menggunakan safety belt, jadi badanku tertahan di tepat duduk, Sesaat hening, kulihat sekelilingku semua hancur berantakan, kulihat orang2 mendekat sambil bilang “jek urip opo mati yo”, lalu kuraba badan dan kakiku, tak ada yan patah, hanya setiap bernapas, darah menyembur dari hidungku, selanjutnya kubuka pintu dari dalam, eeh tak bisa, lalu kubuka dari luar jendela, setelah terbuka dan aku keluar mobil, orang – orang pun belum berani mendekat, lalu kubuka pintu belakang, untuk mengambil laptopku, maklumlah semua PRku dan tugas-tugas sekolahku ada disitu, supir truk yang kutabrak ternyata pinsan setelah melihat kondisiku, tapi tak kuhiraukan, karena aku ingin segera ke rumah sakit, jadi aku minta becak mengantarku, mobil kutinggalkan begitu saja. Aku dibawa ke Puskesmas dengan jarak lk 100 meter, dari tempat tabrakanku, becak kubayar Rp. 10.000, lalu aku masuk ke Puskesmas, laptop ku titipkan kepada polisi lalulintas yang ternyata sudah mengikuti aku, setelah rebahan, aku sms istriku bahwa aku kecelakaan, awalnya istriku tak percaya, lalu aku ditelpon, setelah kujelaskan barulah muncul kekhawatiran, hal sama yang terbayang pertama kali saat suasana hening dikendaraan tadi, aku terpikir, bila aku mati bagaimanalah keluargaku?. Tapi ku tegaskan bahwa aku tidak apa2, lalu aku sms Dankorsis dan kedua temanku, serta kusampaikan kepada pak Lantas bahwa aku siswa Seskoad, mohon dibantu. Tak kusangka Kasdim dan Wakapolresnya semua liftingku, jadi amanlah aku dari kesibukan birokrasi kecelakaan.

Lho koq lama sekali bapak perawat itu menjahit mukaku, ternyata ada 40 jahitan luar dan dalam di daguku, tapi semua tak terasa, karena muka ku terasa kebal. Setelah itu aku dipindahkan ke Rumkit Santa Maria Pemalang, barulah terasa ngilu seluruh tubuhku, semua lebam-lebam, karena tidak ada dokter maka aku dhanya diobati seadanya, kemudian istriku, anak dan mertuaku serta iparku datang menjengukku, kemudian temanku Mayor arh Benny suryana dan Mayor Inf windiatno, mereka semua membantu semua keperluanku. Anak istri dan mertuaku menangis melihat keadaanku, karena sampai esok hari tidak ada dokter, maka aku minta dirujuk ke RST Dustira di cimahi, agar dekat dengan Seskoad. Esoknya aku dan istriku naik ambulan ke cimahi, ampun dech badanku pegel semua, karena ambulan berjalan kencang. Oya mantan Dandimku Letkol Inf didied pramudito, yang kebetulan lewat pemalang, banyak membantu menegosiasikan keadaanku dengan pemilik truk, sehingga semua dapat meringankan bebanku, Terima kasih semua.

Setelah tiba di RST, cukup dua hari opname, aku minta pulang, agar dapat mengikuti peljaran lagi di Seskoad, aku tak mau kehilangan seskoad, karena berlama-lama di RST, walaupun keadaanku amat buruk aku tetap masuk kuliah. Mau tau rasanya ga ue…..nak, berkat dorongan istri yang setia menungguku selama aku sakit di Seskoad, serta teman-temanku dan para dosen aku bisa segera sembuh dan menyelesaikan sekolahku tepat waktu, bersama teman-temanku.

Mengapa judulnya “Blink”, setelah aku berada di Seskoad kembali, aku meminjam buku tetangga kamarku, Mayor czi willem diaz, Buku berbahsa inggris dengan judul “Blink”. Setelah aku baca isinya, baru aku merasa bahwa isi buku itu sama dengan yang kualami, bahwa, setiap orang akan memiliki rasa dibawah alam sadarnya (naluri) untuk melakukan sesuatu atau tak melakukan sesuatu, bila ada keraguan jangan diteruskan, tetapi yang kulakukan bahwa sudah ada penolakan dari diriku untuk tidak pulang ke rumah, namun kulawan dengan tindakan sebaliknya, akhirnya musibah datang kepadaku, jadi naluri kita, perlu kita asah dan kita ikuti apa yang diinginkannya, setelah aku berbincang dengan seorang agamawan, ia mengatakan memang kecelakaan tidak dapat dihindari bila ia suatu takdir, namun bila kita ikuti kata hati, maka kecelakaan tetpa akan terjadi namun dengan kualitas yang lebih ringan. Hal itu akan selalu ku ingat!!!!!

Sabtu, 15 Agustus 2009

KISAH SEJATI

SAAT GEMPA MELANDA KOTAKU – NABIRE!

(Kisah sejati, Majalah Dharma Pertiwi Edisi 79, Desember 2006)

Tanggal 26 November 2004, tepat sebulan sebelum Tsunami melanda Bumi Serambi Mekah, NAD Kabupaten Nabire yang terletak di ujung Timur Indonesia, tepatnya di Pulau Papua dilanda gempa tektonik yang kedua dengan kekuatan 8,1 SR dengan pusat gempa berada di darat pada jarak 17 Km di selatan kota Nabire.

Sebenarnya gempa pertama Nabire terjadi pada tanggal 6 Februari 2004, saat gempa pertama terjadi kami masih berada di Pulau Biak. Seminggu kemudian suami saya Mayor Art Hari Arif Wibowo mendapat Sprinlak untuk menjadi Kasdim 1705/PN dan langsung berangkat ke Nabire dengan membawa bantuan Korem 173/PVB. Sebagai istri prajurit saya sadar akan resiko itu, karena gempa susulan yang sama besarnya dengan gempa awal masih terus berlangsung di Nabire. Selang waktu 4 hari kemudian saya dan anak-anak menyusul pindah ke Nabire, yang kami tempuh dalam 1 malam perjalanan dengan kapal laut. Ada perasaan takut dalam diri kami mengingat gempa yang terus berlangsung, tetapi karena rasa tanggung jawab kepada tugas serta untuk mententramkan hati anak-anak maka saya dan suami mencoba untuk lebih tenang di depan mereka. Kami sudah memasrahkan diri pada Yang Maha Kuasa.

Namun dini hari tanggal 26 November 2004, pukul 03.55 Wit, terjadi kembali gempa yang lumayan kuat, sehingga kami semua terjaga dari tidur lelap, beberapa saat kemudian keadaan normal kembali. Kesesokan paginya anak-anak berangkat ke sekolah seperti biasa, sedangkan kami anggota Persit melaksanakan senam untuk menyambut hari ibu. Sekitar pukul 10.30 Wit, ibu Ketua Cabang XX Dim 1705, Ny. Didied Pramudito dan beberapa pengurus lain juga termasuk saya sendiri, pergi berbelanja ke pasar Oyehe untuk membeli seragam sebam ibu-ibu Persit. Selesai berbelanja rencananya kami akan menuju Swalayan Alta di kota Nabire, namun ternyata Tuhan berkehandak lain. Masya Allah dalam sekedip mata bangunan bertingkat tiga didepan mata kami runtuh, sehingga kami terbanting, untunglah kami belum sempat masuk ke dalamnya, tenyata gempa kembali melanda kota Nabire dengan lebih kencang lagi. Ingatanku langsung tertuju kepada 3 orang buah hati kami yang sedang berada di sekolah dan suami yang sedang bekerja, seperti apa keadaan mereka? “Ya Allah lindungilah kami semua”, pintaku. Belum genap setahun di Nabire, kami telah mengalami 2 kali gempa dikota yang sama.

Dalam suasana hati tak menentu, kami semua pulang ke rumah. Sepanjang jalan terlihat rumah-rumah hancur dan terjadi kebakaran besar akibat kompor-kompor yang jatuh saat penduduk sedang memasak. Syukur saat kendaraan ke Makodim aku melihat orang-orang yang kukasihi suami dan anak-anakku sedang bergandengan tangan. Belakangan aku ketahui bahwa anak-anakku terjebak di dalam rumah saat gempa, tidak bisa keluar rumah, karena setiap pintu dibuka oleh anakku, maka segera tertutup sendiri akibat gempa, disisi lain suamiku yang tengah berada di kantor segera berlari sekencang-kencangnya ke rumah karena rumah kami tidak terlalu jauh dari kantor, walaupun sudah diingatkan oleh orang-orang untuk tiarap, namun tak dihiraukan oleh suamiku mengingat anak-anak kami masih berada dirumah, tidak sekali dua kali suami jatuh bangun saat berlari menuju rumah karena digoncang gempa yang sangat kuat. Saat suamiku tiba dirumah untungnya supir dinas kami yang bernama Praka Burhan telah berhasil mengeluarkan mereka, Ya Allah tak henti aku bersyukur karena Engkau telah melindungi kami sekeluarga. “Mau pulang ke Jawa, Mau pulang ke Jawa”, tak henti-hentinya anakku berteriak sambil menangis karena ketakutan mengingat kejadian yang menimpa mereka, kami harus sabar menghadapinya. Dengan cepat suamiku mencarikan tempat yang relatif aman dan teduh untuk kami semua, disekitar lapangan, jauh dari bangunan. Dengan kata-kata yang sedikit memaksa suamiku menegasakan agar aku tak beranjak dari sisi anak-anakku dan tetap menjaganya, karena suamiku harus harus segera beranjak meninjau daerah, sehubungan saat itu Dandim Letkol Inf Didied Pramudito sedang mengadakan kunjungan kerja ke Koramil 1705-05/Mulia di Kabupaten Puncak Jaya. “Ma, tinggallah dulu disini, jaga anak-anak, lakukan sebisanya untuk menenangkan mereka, saya harus meninjau kerusakan daerah, serta melakukan hal-hal yang perlu segera dikerjakan, anggota akan mengurus kebutuhan warga Kodim” , demikian pesan singkat suamiku. Rasa takut semakin menghantuiku karena anak-anak terus menangis. Namun bersama ibu-ibu Persit lainnya akhirnya kami dapat saling menenangkan diri. Kami melihat anggota Kodim dengan cepat membawa peralatan tenda lapangan dan fieldbed keluar dari Kodim, ternyata atas perintah suamiku untuk dipasang di RSUD Nabire guna membantu dalam pengobatan orang-orang yang luka parah. Suamiku diantaranya memeriksa keadaan Bupati Nabire, kediaman ibu Ketua Persit, Asrama Kodim, Polres, Yonif 753/AVT, sarana dan prasana yang rusak didaerah serta mendata kebutuhan yang harus segera diadakan agar penanganan kerusakan daerah dan korban masyarakat segera dapat ditangani, agar pelayanan kepada masyarakat yang membutuhkan tidak lumpuh, seta melakukan koordinasi dengan instansi yang masih dapat dikerahkan seperti Yonif 753/AVT dan Polres Paniai, demikian cerita suamiku belakangan. Sekitar pukul 17.00 Wit suamiku kembali untuk menenangkan kami semua, tenda-tendapun telah dipasang untuk istirahat malam. Suami mengajak aku dan anak-anak untuk kembali meninjau asrama Kodim di Siriwini maupun di Kota Lama, untuk membesarkan hati para prajurit dan keluarganya, karena ada prajurit yang keluarganya meninggal tertimbun rumah, hal lain yang menyedihkan banyak diantara istri prajurit yang tengah ditinggal suami yang sedang bertugas di Koramil pedalaman, sehingga segala sesuatunya harus ditangani sendiri, namun rasa kekeluargaan yang kuat telah menguatkan mereka untuk saling membantu.

“Ma….., aku lapar” tiba-tiba terdengar anakku berkata mengiba, aku tersadar karena sejak gempa terjadi hingga malam hari pukul 24.00 Wit kami semua belum makan, karena tidak ada satupun penjual makanan ataupun yang menyiapkan makanan, semua serba darurat. Suamiku mencoba menyabarkan anak-anak. Baru pada pukul 01.00 dinihari kami dapat menyuapi anak-anak dengan mie instan buatan ibu Ketua kami, saat kami mengunjungi kediaman beliau. Selain itu ibu Ketua dengan cekatan memandikan anak-anakku dengan air hangat, kulihat lahap sekali mereka makan karena rasa lapar. Namun nasib kurang beruntung menimpa anakku yang terkecil, karena saat itu tidak ada air susu, kasihan engkau buah hatiku, tak tega rasanya Mama melihatmu menderita, tidak ada susu untuk menghalau haus dan laparmu, anakku terlelap sendiri karena letih, tak terasa menitik air mataku, maafkan mama, anakku.

Saat ini keadaan Nabire telah normal kembali, namun kami tetap harus waspada, karena sewaktu-waktu bencana dapat datang kembali, “Ya Allah semoga Engkau selalu bersama kami, hentikan cobaan yang menimpa kami”. Aku bagi cerita ini kepada para pembaca sekalian, terutama yang sempat merasakan penderitaan yang sama walau dalam kondisi yang berbeda, semoga kita semua tabah dan kuat menghadapi cobaanNYA.

Sebagai istri prajurit kami merasa berbangga hati dan bersyukur Karena dari beberapa cerita yang kami dengar maupun kami baca dikoran setempat sesudahnya, termasuk tentunya yang kami alami sendiri. Bahwa prajurit TNI selalu tampil terdepan untuk meolong sesama walapun toh para prajurit dan keluarganya juga turut menjadi korban.

By. Dian hari

Selasa, 16 Juni 2009

KISAH PERJALANAN ISTRI PRAJURIT
Menjadi istri prajurit?, sebelumnya tidak pernah terbayangkan olehku, namun Allah SWT telah mempertemukan aku dengan pujaan hatiku Letda Art Hari Arif Wibowo yang mempunyai status sebagai prajurit TNI AD. Setelah menikah kami menjalani hidup di asrama Batalyon Arhanudri-3 Dam III/Slw, tempat tugas suamiku selama ini. Pada saat itu belum tampak kesulitan yang menghadang didepan mata, karena disposisi Batalyon tersebut berada di kota Bandung, sehingga banyak kemudahan yang dapat diakses.

Setelah melaksanakan tugas pendidikan Selapa Arhanud pada akhir tahun 2000, suamiku memberitahu, bahwa kami akan pindah satuan ke wilayah Kodam XVII/Trikora. Saat itu seakan tidak percaya bahwa kami akan pindah ke tempat nun jauh di ujung timur Indonesia. Namun sayangnya kepindahan kami ke Irja dianggap oleh beberapa orang bahwa kami “dibuang”. Tapi kami tidak merasa demikian karena dalam pendidikan Selapa suami saya masuk 10 besar dan kami tidak pernah mempunyai masalah dalam kedinasan maupun keluarga, sehingga omongan orang kami anggap angin lalu saja, kami menganggap tugas ke Irian Jaya adalah sesuatu yang wajar karena kami telah lama berada di Jawa, suami saya berkata bahwa tugas kemanapun adalah kehormatan, “Siapa lagi yang akan ke Irja, kalau setiap prajurit menolak diberangkatkan untuk menjadi organik disana” begitu suami selalu mengingatkan agar tidak terbawa kata orang bahwa kami “dibuang” ke Irja . Sebagai istri prajurit yang telah mengucap janji setia kepada suami, maka dengan kerelaan hati saya mengikuti suamiku berangkat ke Irian Jaya (saat ini Papua). Namun karena kami belum mengetahui kondisi daerah yang akan kami tuju, maka dua orang buah hati kami terpaksa kami tinggalkan di Semarang untuk sementara waktu. Yang terasa cukup memberatkan adalah kami harus meminjam uang untuk berangkat ketempat tugas yang baru, namun tugas adalah prioritas, dan kami berfikir tentunya Negara tidak akan melupakan prajurit yang berangkat tugas kemanapun tujuannya. Syukurlah tidak berapa lama Negara mengganti biaya perjalan dinas kami melalui BPD pindah satuan.

Perjalanan pindah kami ke Papua kami lalui dengan menumpang KM Ciremai, yang biasa disebut dengan kapal putih, rasa takut menghantuiku karena cuaca yang sangat buruk menyebabkan aku berfikiran yang tidak-tidak, aku teringat tentang KM Tampomas II yang karam di Laut Masalembo, padahal kami juga melewati daerah itu dalam cuaca yang sangat buruk, Tuhan selamatkanlah kami semua. Belum selesai masalah cuaca, ditambah lagi dengan masalah baru, sesampainya kami di Kendari ternyata kapal kami dibajak oleh Laskar Pejuang Islam yang akan masuk ke Ambon. “Pengumuman, kapal ini dalam kekuasaan Mujahid pejuang Islam’ semua penumpang dilarang berkeliaran, kapal ini tetap kami kuasai sampai kami tiba di Ambon” demikian pengumuman dari “pembajak”, suasana sangat mencekam, selama lebih kurang 1 hari kami terkurung di kelas ekonomi yang dikunci oleh “pembajak”, ternyata semua crew kapal seluruhnya telah meninggalkan kapal, karena tidak mau berlayar bila ada penumpang yang mengganggu keamanan kapal dan penumpang . Namun setelah negosiasi dengan aparat keamanan dan Pemda Kendari, kapal dapat berlayar kembali, dengan tambahan penumpang para “pembajak” tadi, sehingga rasa was-was selalu menghantuiku. Yang lucunya sesampainya di Ambon, “pembajak” yang tadinya garang ternyata begitu turun di pelabuhan langsung ditangkap Prajurit TNI yang bertugas di Ambon, mereka turun dari kapal dengan berjalan jongkok, Alhamdulillah kami semua selamat.

Sampai di tempat yang kami tuju yaitu Pulau Biak yang berada di Teluk Cendrawasih, saya semakin takut karena tiba pada dinihari, namun syukurlah kami dijemput kendaraan Korem 173/PVB selanjutnya menginap dirumah teman, baru esoknya kami ditempatkan di perumahan Korem, rumah dinas tersebut sangat besar dan kami hanya berdua saja dengan barang seadanya. Sehingga praktis kami hanya menggunakan satu kamar saja. Suami saya mendapat tugas sebagai Pasibinkamwil Korem 173/PVB, sehingga suami perlu “belajar” ekstra untuk mengenal tugasnya yang baru, maklum selama ini suami saya tidak pernah bertugas di Teritorial. Setiap suami saya lembur di kantor, saya pasti diajak atau dititipkan dikenalan, karena suami saya khawatir dengan keselamatan saya, mengingat situasi disekitar kami tidak terlalu kondusif, terutama bila malam hari. Bercerita tentang kemanan, saya teringat kejadian lucu, pada saat itu saya dan suami sedang berjalan-jalan dipinggiran kota dengan naik sepeda motor dinas pada sore hari, kami terkejut karena banyaknya warga yang membangun “pos” dibeberapa tempat strategis, suami saya memutuskan untuk kembali, karena berfikiran akan ada hal-hal yang tidak baik, mengingat beberapa waktu yang lalu kota Biak “dipalang”/ditutup masyarakat dengan membawa senjata tajam, panah dan tombak karena menuntut Pemda, saat kami berjalan-jalan adalah pada bulan Desember 2001, sehingga kami berfikir akan ada perayaan Papua Merdeka, ternyata dugaan kami meleset, setelah bertanya kepada tetangga kiri kanan, baru kami tahu bahwa pembangunan pos tersebut adalah untuk menyambut perayaan Natal. Setelah berdinas 3 tahun di Korem suami saya mendapat promosi sebagai Kasdim 1705/PN, Namun yang kami khawatirkan adalah pada masa kepindahan kami kota Nabire sedang dilanda Gempa yang hebat, sehingga hari-hari kami lalui dengan rasa khawatir, namun kehidupan di Kodim yang sangat kekeluargaan menyebabkan kami semua lebih tenang. Di Nabire dalam satu tahun kami mengalami gempa sebanyak dua kali yaitu diawal kepindahan dan diakhir tahun, gempa terakhir ini hampir merenggut hidupku dan anak-anakku. Kami bangga walapun prajurit TNI dan keluarganya juga terkena bencana alam, namun prajurit TNI selalu berada didepan untuk terlibat langsung membantu masyarakat luas pada hari pertama terjadinya bencana sampai pulihnya keadaan secara keseluruhan.

Peristiwa gempa Nabire yang kedua membawa kenangan lain, karena dalam kondisi yang mencekam, karena setiap hari selalu terjadi gempa susulan, mendadak kami menerima berita bahwa Presiden RI Bapak Susilo Bambang Yudhoyono, Ibu Ani Yudhoyono dan beberapa Menteri akan berkunjung dan menginap di Nabire selama 3 hari, maka terjadi kesibukan luar biasa dalam keadaan yang seadanya, suami dan para prajurit lain menyiapkan rencana pengamanan bapak RI-1, sedangkan ibu-ibu persit, Bhayangkari dan Dharma Wanita terlibat membantu digaris belakang, agar kunjungan tersebut sukses secara keseluruhan, tak urung membuat kami juga terlibat kesibukan, karena banyaknya tamu yang datang sebelum hari “H” kunjungan dan terutama pada hari kunjungan, namun kami bekerja dengan gembira karena Bapak Presiden berkenan melihat kami yang sedang kesusahan. Ada satu keadaan yang membanggakan, kami anggota Persit diberikan waktu untuk mendapat pengarahan dari Ibu Negara di kelas Lapangan Yonif 753/AVT, pada saat sedang menerima pengarahan rombongan Presiden melewati tempat pengarahan untuk menuju lokasi tenda, tempat menginap Presiden, ibu-ibu Persit spontan meminta ibu Ani Yudhoyono untuk meminta Presiden berkenan bertatap muka dengan Persit, tak dinyana ternyata pucuk dicita ulampun tiba, Presiden berhenti dan masuk ke kelas lapangan beserta seluruh Menteri, selanjutnya kami mendapat arahan untuk selalu sabar menghadapi cobaan ini, Esoknya setelah Presiden menerima wawancara TV, kami semua mendengar pengumuman bahwa kunjungan Presiden ke Papua dipersingkat, karena adanya kejadian gempa yang lebih besar di Aceh yang disertai Tsunami, Maha besar Allah, Nabire tidak mengalami gempa dan tsunami sebesar Aceh. Setelah itu kami diberi kesempatan untuk berfoto bersama, ehm, ini hal yang langka untuk kami lewatkan begitu saja.
Pada awal tinggal di Asrama Kodim ada hal yang membuat saya dan anak – anak khawatir, karena disekitar tempat tinggal kami pada setiap malam selalu terdengar suara kode yang bersahut-sahutan yang sangat keras, dalam bahasa daerah setempat, tapi lama kelamaan suara tersebut selalu menemani kami dalam tidur malam, rasanya seperti dininabobokkan. Suasana yang juga mencekam setelah gempa adalah selalu padamnya lampu di kota Nabire, setiap terjadi lampu padam suami dan anggota Kodim langsung bersiaga di Makodim mengingat belum lama berselang gudang senjata Kodim Wamena dibobol OPM, sehingga jatuh korban, maka atas perintah Dandim kewaspadaan satuan harus ditingkatkan. Bukan hanya prajurit, para istripun tidak tidur khawatir bila terjadi sesuatu yang buruk, setelah suami kembali dan lampu menyala kembali, barulah tenang rasanya hati ini.

Selain itu ada kejadian dimana terjadi bentrok antara anggota Brimob BKO sebagai Satgas Tindak illegal logging dengan anggota Batalyon 753/AVT, diawali dengan kejadian penembakan Brimob kepada anggota TNI pada saat antri BBM, yang meluas menjadi perselisihan antara TNI dengan Polri. Pada saat itu Dandim sedang dinas luar, sehingga suami saya menjadi yang tertua di Kodim. Pada saat itu beberapa anggota TNI disweeping oleh anggota Polri yang tidak berseragam, kebetulan esoknya akan ada kunjungan kerja Danrem 173/PVB, maka suami saya bertindak cepat untuk menghentikan pertikaian, namun rupanya karena kedua pihak masing-masing bersikeras maka penyelesaian menjadi sulitdan berlanjut dengan terjadinya saling “ciduk” antar anggota TNI dan Polri yang kebetulan berada pada tempat dan waktu yang salah. Dalam rangka menyambut kunjungan Danrem kami anggota Persit berniat berbelanja keperluan kunjungan Danrem, namun sesaat setelah kami berangkat suami menelpon saya untuk kembali karena situasi tidak aman, kami langsung “ngacir pulang” dari pada terjadi sesuatu yang tidak baik, anak-anakpun kami larang masuk sekolah. Dengan mengandalkan hubungan yang baik selama ini dengan Polres Nabire, maka suami saya mengintensifkan upaya damai kedua pihak, dalam beberapa malam suami saya tidak kembali kerumah dan berpesan untuk seluruh keluarga prajurit di asrama tidak keluar rumah, Ibu Ketua Koorcab dan Wakil Ketua Koorcab Rem 173/PVB selalu mengingatkan kami untuk waspada, serta kami disuruh tiarap di dalam kamar bila terjadi tembak menembak, namun syukurlah hal tersebut tidak sampai terjadi di asrama kami. Setelah kejadian berlalu lama baru saya tahu bahwa kejadian di luar cukup gawat. Suami saya sebagai yang tertua di satuan kewilayahan saat itu, mengedepankan dialog yang intensif dengan pihak yang bertikai dan didukung oleh petunjuk-petunjuk Bapak Danrem 173/PVB, setelah melalui upaya paksa “mengeluarkan” Satuan Brimob dari Nabire, maka situasi berangsur-angsur pulih, momentum itu dijadikan modal untuk segera mengembalikan situasi agar lebih kondusif, sehingga diadakan apel dan kegiatan bersama antara TNI-Polri, syukurlah prakarsa tersebut menjadi titik balik kejadian “permusuhan” yang baru saja terjadi dan tidak meluas, seperti pada kejadian yang serupa ditempat lain.

Beberapa kejadian tersebut, serta cerita lain di Papua yang tidak akan pernah kami lupakan memberikan pengalaman berharga yang tidak terkira, dimana loyalitas dan keikhlasan sebagai istri prajurit dalam mendukung tugas suami dimanapun berada akan memberikan hal terbaik. Setelah suami mengikuti Seskoad pada tahun 2007, tanpa terasa lebih kurang enam tahun suami bertugas di Papua, kami semua dilepas dengan segala kenangan yang membekas dihati. Terima kasih ya Allah, bimbinglah kami selalu dalam menjalankan tugas dan dalam mengarungi kehidupan ini, Amien.
Ny. Hari Arif Wibowo

Kamis, 19 Maret 2009

mengapa?

mengapa perang biografi menjadi trend? STOP RIGHT NOW

Jumat, 16 Januari 2009

PEMIKIRAN 6

Selamat tahun baru!!!!! pemikiran baru!!!!! perbuatan Baru!!!! yang dapat menyelamatkan negeri ini dari deraan permasalahan!!!!
Falsafah Kepemimpinan
FALSAFAH KEPEMIMPINANDalam penerapan kepemimpinan perlu adanya dasar maupun pedoman untuk dijadikan acuan yang sifatnya sangat individual, agar kepemimpinan yang dijalankan memiliki arah dan berjalan efektif sesuai karakter dan seni yang dijalankan oleh orang yang menerapkannya, sekaligus sebagai “korektor” bila pemimpin tersebut keluar dari rambu-rambu yang telah digariskannya sendiri.Dari latar belakang penulisan tersebut maka dapat dirumuskan permasalahannya yaitu apa bentuk falsafah yang harus dianut oleh pemimpin? Agar kepemimpinannya dapat memberikan nilai positif terhadap diri dan lingkungannya serta diikuti oleh orang lain.Penulis dalam kapasitasnya sebagai individu maupun orang yang diberi kepercayaan untuk memimpin dalam lingkup dan batas kewenangan yang ditentukan serta dalam pengalaman selama hidup sebagai individu maupun dalam tugas-tugas, memiliki falsafah dalam kepemimpinan yaitu: (1) SATUNYA KATA DENGAN PERBUATAN; (2) LEBIH BAIK BERBUAT SALAH TAPI BERTANGGUNG JAWAB DARIPADA TIDAK BERBUAT SAMA SEKALI.SATUNYA KATA DENGAN PERBUATAN secara harfiah mengandung arti yang sederhana dan mudah dimengerti oleh orang lain, namun pengejawantahannya menjadi sangat sulit saat apa yang diucapkan menjadi tuntutan untuk dilakukan. Melakukan sesuatu yang diucapkan dalam arti bukan berbuat sesuatu dengan pamrih agar dinilai baik oleh orang lain, tetapi karena memang menjadi panduan dalam hidupnya. Hal-hal baik maupun buruk yang dilakukan pemimpin segera akan dinilai oleh orang lain dan akan dijadikan acuan oleh bawahan, dengan kata lain apakah pemimpin dapat dijadikan tauladan atau tidak. Maka dari itu “Satunya Kata dengan Perbuatan” menjadi tuntunan dalam diri penulis agar mampu menjaga kredibilitasnya baik sebagai individu maupun sebagai pemimpin sesuai kapasitasnya agar dapat memberikan pengaruh baik bagi lingkungannya.LEBIH BAIK BERBUAT SALAH TAPI BERTANGGUNG JAWAB DARIPADA TIDAK BERBUAT SAMA SEKALI (Ahmad Yani, 1956) menjadi falsafah lain yang perlu dijadikan pegangan oleh penulis, karena seorang pemimpin tidak hanya dilihat dari sikap perilakunya yang relatif sesuai dengan norma-norma kehidupan, tetapi seseorang yang mampu berbuat dengan didasarkan pada kemampuan untuk memimpin. Pemimpin dalam melaksanakan kepemimpinannya tentu menginginkan “selamat sampai ke tujuan”, namun dalam penerapannya terdapat berbagai cara, secara umum dapat dibagi dua katagori yaitu: (1) Mau berinisiatif berbuat sesuatu sesuai kewenangannya untuk memajukan organisasi; (2) Nothing to do, yang penting selamat dalam memimpin. Pemimpin yang berani tentunya akan berbuat sesuatu untuk membawa organisasi yang dipimpinnya kepada tujuan yang telah ditetapkan, serta selalu memiliki inovasi baru yang memberikan gairah dalam bekerja bagi bawahan serta dirinya sendiri.Demikian tulisan ini dibuat, untuk memenuhi tugas yang diberikan kepada seluruh Perwira dan semoga bermanfaat.