Kamis, 13 November 2008

pemikiran 5

ada banyak masalah dinegeri ini, sayang tidak semua orang mampu berbesar hati untuk bersama-sama menyelesaikan masalah dengan hati yang lapang dan tanpa memiliki pamrih apapun, bukankah negeri ini dulunya terkenal dengan musyawarah mencapai mufakat? bukan negeri yang bar-bar

Minggu, 10 Agustus 2008

Kemerdekaan

Tujuh belas Agustus tahun empat lima
itulah hari kemerdekaan kita
hari merdeka, nusa dan bangsa
hari lahirnya bangsa INDONESIA
MERDEKA ............sekali MERDEKA tetap MERDEKA
sepanjang hayat masih dikandung badan
kita tetap setia tetap sedia
membela negara kita
kita tetap setia tetap sedia
mempertahankan Indonesia

Jumat, 25 Juli 2008

Pemikiran 5


Mereka adalah pelipur lara, sebagai inspirasi kala aku berfikir, sebagai pendorong kala aku membutuhkan semangat, sebagai cahaya kala aku dalam kegelapan, sebagai koridor agar aku tetap pada jalan Allah Swt

Rabu, 23 Juli 2008

PEMIKIRAN 4

Ada sejarah baru di Amerika, calon pemimpinnya seorang yang berasal dari dolongan minoritas di sana, Afro amerika. Tetapi seperti Afrika Selatan, agaknya Amerika mulai berubah untuk mau menerima Obama menjadi pemimpin, seperti motto sang calon pemimpin " We can change", orang muda, minoritas tapi berfikir maju dan berani, Bagaimana Indonesia?, saatnya brubah!!!

Senin, 21 Juli 2008

pemikiran 3

Sudah banyak kejahatan diungkapkan?, apakah kita mau menjadi bagian yang diungkap atau bagian yang mengugkap atau kita menjadi bagian yang mendorong orang untuk berbuat baik dan benar? agar bangsa kita maju dan mampu membangun negara ini dengan cara benar serta terhormat. Marilah kita menyadari membangun bukan hanya fisik saja tetapi lebih jauh lagi membangun seutuhnya baik fisik maupun non fisik agar kita bisa dibanggakan anak cucu kita karena kita meninggalkan warisan yang benar.

Minggu, 20 Juli 2008

Pemikiran 2

Saat ini saya berfikir, bahwa kejahatan dan kebaikan berjalan beriringan, seperti rel kereta api, sebagai contoh , sebagai umat beragama kita patuh menjalankan kewajiban kita agar kita dapat masuk surga, pada saat yang bersamaan sebagai manusia kita juga menjalankan praktek-praktek yang menyalahi aturan seperti korupsi, pungli, perbuatan maksiat, yang mana kita menyadari bahwa hal tersebut tidak akan mebawa kita pada jalan ke surga seperti saat kita berdoa dengan khusyu kepada Tuhan kita. Maka di Indonesia ketidakbenaran tumbuh subur, karena mayoritas manusianya pada semua golongan berjalan pada dua rel yang berdampingan, baik dan buruk. Kalau anda tidak percaya dengan pendapat saya ini, berkacalah dan tengoklah diri anda sendiri melalui hati yang murni, maka pastilah ada kebusukan yang kita lakukan demi "style", kedudukan, pengaruh, dsbnya. Marilah kita menyadari bahwa kebusukan kita tidak hanya berpengaruh pada diri kita sendiri dihadapan Tuhan, tetapi juga berdampak buruk bagi lingkungan dan orang sekitar kita.

Kamis, 17 Juli 2008

PEMIKIRAN

Melihat perkembangan perjalanan orang Indonesia untuk menjadi pemimpin nasional maupun daerah, tentunya kita perlu merenungkan kembali, sebenarnya untuk siapa dan untuk apa kita memimpin? apakah masyarakat atau diri kita sendiri.
Hari ini saya membaca berita tentang Mantan Presiden Afsel, Mandela yang dijadikan ikon dalam kepemimpinannya, dimana ia dengan sangat susah payah mendapatkan kebebasan bagi warga kulit hitam yang ditekan oleh penguasa Apartheid, sampai ia mendapatkan kesempatan untuk menjadi orang kulit hitam pertama yang memimpin Afsel, Dari beratnya perjuangannya maka "wajar" bila ia mendapat "porsi" lebih dalam kesempatan menjadi pemimpin, tapi apa kenyataannya, ia dengan segala kerelaan dan kerendahan hati tapi tetap memiliki visi jauh kedepan, hanya mau jadi presiden sekali saja, selanjutnya kepemimpinan diserahkan kepada orng lain yang memiliki visi modern untuk memajukan ekonomi, Salut Pak Mandela!
Sebaiknya kita sebagai bangsa yang katanya berbudaya lebih memiliki hati nurani, baik sebagai calon pemimpin maupun sebagai pendukung calon pemimpin, sehingga kehadiran pemimpin membawa suasana yang damai, bukan "chaos". Demikian pemikiran hari ini!!!!!

HARI ARIF WIBOWO: Falsafah Kepemimpinan

HARI ARIF WIBOWO: Falsafah Kepemimpinan

Rabu, 16 Juli 2008

Falsafah Kepemimpinan

FALSAFAH KEPEMIMPINAN

Dalam penerapan kepemimpinan perlu adanya dasar maupun pedoman untuk dijadikan acuan yang sifatnya sangat individual, agar kepemimpinan yang dijalankan memiliki arah dan berjalan efektif sesuai karakter dan seni yang dijalankan oleh orang yang menerapkannya, sekaligus sebagai “korektor” bila pemimpin tersebut keluar dari rambu-rambu yang telah digariskannya sendiri.
Dari latar belakang penulisan tersebut maka dapat dirumuskan permasalahannya yaitu apa bentuk falsafah yang harus dianut oleh pemimpin? Agar kepemimpinannya dapat memberikan nilai positif terhadap diri dan lingkungannya serta diikuti oleh orang lain.
Penulis dalam kapasitasnya sebagai individu maupun orang yang diberi kepercayaan untuk memimpin dalam lingkup dan batas kewenangan yang ditentukan serta dalam pengalaman selama hidup sebagai individu maupun dalam tugas-tugas, memiliki falsafah dalam kepemimpinan yaitu: (1) SATUNYA KATA DENGAN PERBUATAN; (2) LEBIH BAIK BERBUAT SALAH TAPI BERTANGGUNG JAWAB DARIPADA TIDAK BERBUAT SAMA SEKALI.
SATUNYA KATA DENGAN PERBUATAN secara harfiah mengandung arti yang sederhana dan mudah dimengerti oleh orang lain, namun pengejawantahannya menjadi sangat sulit saat apa yang diucapkan menjadi tuntutan untuk dilakukan. Melakukan sesuatu yang diucapkan dalam arti bukan berbuat sesuatu dengan pamrih agar dinilai baik oleh orang lain, tetapi karena memang menjadi panduan dalam hidupnya. Hal-hal baik maupun buruk yang dilakukan pemimpin segera akan dinilai oleh orang lain dan akan dijadikan acuan oleh bawahan, dengan kata lain apakah pemimpin dapat dijadikan tauladan atau tidak. Maka dari itu “Satunya Kata dengan Perbuatan” menjadi tuntunan dalam diri penulis agar mampu menjaga kredibilitasnya baik sebagai individu maupun sebagai pemimpin sesuai kapasitasnya agar dapat memberikan pengaruh baik bagi lingkungannya.
LEBIH BAIK BERBUAT SALAH TAPI BERTANGGUNG JAWAB DARIPADA TIDAK BERBUAT SAMA SEKALI (Ahmad Yani, 1956) menjadi falsafah lain yang perlu dijadikan pegangan oleh penulis, karena seorang pemimpin tidak hanya dilihat dari sikap perilakunya yang relatif sesuai dengan norma-norma kehidupan, tetapi seseorang yang mampu berbuat dengan didasarkan pada kemampuan untuk memimpin. Pemimpin dalam melaksanakan kepemimpinannya tentu menginginkan “selamat sampai ke tujuan”, namun dalam penerapannya terdapat berbagai cara, secara umum dapat dibagi dua katagori yaitu: (1) Mau berinisiatif berbuat sesuatu sesuai kewenangannya untuk memajukan organisasi; (2) Nothing to do, yang penting selamat dalam memimpin. Pemimpin yang berani tentunya akan berbuat sesuatu untuk membawa organisasi yang dipimpinnya kepada tujuan yang telah ditetapkan, serta selalu memiliki inovasi baru yang memberikan gairah dalam bekerja bagi bawahan serta dirinya sendiri.
Demikian tulisan ini dibuat, untuk memenuhi tugas yang diberikan kepada seluruh Perwira dan semoga bermanfaat.





Cimahi, 2 Juli 2008
Kepala Bagian Progam dan Anggaran


Hari Arif Wibowo
Mayor Arh NRP 1920039111168