FALSAFAH KEPEMIMPINAN
Dalam penerapan kepemimpinan perlu adanya dasar maupun pedoman untuk dijadikan acuan yang sifatnya sangat individual, agar kepemimpinan yang dijalankan memiliki arah dan berjalan efektif sesuai karakter dan seni yang dijalankan oleh orang yang menerapkannya, sekaligus sebagai “korektor” bila pemimpin tersebut keluar dari rambu-rambu yang telah digariskannya sendiri.
Dari latar belakang penulisan tersebut maka dapat dirumuskan permasalahannya yaitu apa bentuk falsafah yang harus dianut oleh pemimpin? Agar kepemimpinannya dapat memberikan nilai positif terhadap diri dan lingkungannya serta diikuti oleh orang lain.
Penulis dalam kapasitasnya sebagai individu maupun orang yang diberi kepercayaan untuk memimpin dalam lingkup dan batas kewenangan yang ditentukan serta dalam pengalaman selama hidup sebagai individu maupun dalam tugas-tugas, memiliki falsafah dalam kepemimpinan yaitu: (1) SATUNYA KATA DENGAN PERBUATAN; (2) LEBIH BAIK BERBUAT SALAH TAPI BERTANGGUNG JAWAB DARIPADA TIDAK BERBUAT SAMA SEKALI.
SATUNYA KATA DENGAN PERBUATAN secara harfiah mengandung arti yang sederhana dan mudah dimengerti oleh orang lain, namun pengejawantahannya menjadi sangat sulit saat apa yang diucapkan menjadi tuntutan untuk dilakukan. Melakukan sesuatu yang diucapkan dalam arti bukan berbuat sesuatu dengan pamrih agar dinilai baik oleh orang lain, tetapi karena memang menjadi panduan dalam hidupnya. Hal-hal baik maupun buruk yang dilakukan pemimpin segera akan dinilai oleh orang lain dan akan dijadikan acuan oleh bawahan, dengan kata lain apakah pemimpin dapat dijadikan tauladan atau tidak. Maka dari itu “Satunya Kata dengan Perbuatan” menjadi tuntunan dalam diri penulis agar mampu menjaga kredibilitasnya baik sebagai individu maupun sebagai pemimpin sesuai kapasitasnya agar dapat memberikan pengaruh baik bagi lingkungannya.
LEBIH BAIK BERBUAT SALAH TAPI BERTANGGUNG JAWAB DARIPADA TIDAK BERBUAT SAMA SEKALI (Ahmad Yani, 1956) menjadi falsafah lain yang perlu dijadikan pegangan oleh penulis, karena seorang pemimpin tidak hanya dilihat dari sikap perilakunya yang relatif sesuai dengan norma-norma kehidupan, tetapi seseorang yang mampu berbuat dengan didasarkan pada kemampuan untuk memimpin. Pemimpin dalam melaksanakan kepemimpinannya tentu menginginkan “selamat sampai ke tujuan”, namun dalam penerapannya terdapat berbagai cara, secara umum dapat dibagi dua katagori yaitu: (1) Mau berinisiatif berbuat sesuatu sesuai kewenangannya untuk memajukan organisasi; (2) Nothing to do, yang penting selamat dalam memimpin. Pemimpin yang berani tentunya akan berbuat sesuatu untuk membawa organisasi yang dipimpinnya kepada tujuan yang telah ditetapkan, serta selalu memiliki inovasi baru yang memberikan gairah dalam bekerja bagi bawahan serta dirinya sendiri.
Demikian tulisan ini dibuat, untuk memenuhi tugas yang diberikan kepada seluruh Perwira dan semoga bermanfaat.
Cimahi, 2 Juli 2008
Kepala Bagian Progam dan Anggaran
Hari Arif Wibowo
Mayor Arh NRP 1920039111168
Rabu, 16 Juli 2008
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
2 komentar:
pak hari, sy tertarik dan akan falsafahnya salah satunya, LEBIH BAIK BERBUAT SALAH TAPI BERTANGGUNG JAWAB DRPDA TDK BERBUAT SAMA SEKALI. sy ingat waktu pak hari msih menjabat PASIOPS YONARH-3 DAM III/SLW. sy sering menyampaikan, LAPORAN KOMANDAN DIMARAH TAPI DISETUJUI, DARIPADA TIDAK DILAPORKAN JUGA TIDAK DISETUJUI... bagaimana pak hari? sukses pak....
dari mantan anak buah, edy hartono
Hai.......Wok apa khabar...., udah lama ya......ngak dengar khabarnya. Kemaren aku dapat beritamu dari google, kok ngak di update terus bloggnya.
Ok.... thank's
Salam dari Sahabat lama.
Posting Komentar